STUDYING AND PLAYING: Mei 2009

Lebih Cepat Lebih Baik? 4

20.36

Saat-saat ini sering mendengar kan slogan lebih cepat lebih baik? Hayoo, slogan apaan ini? Tapi apakah benar kalau lebih cepat itu lebih baik?

Kali ini adalah postingan saya yang berupa pemikiran subjektif. Berarti ini bukanlah pandangan secara adil ataupun netral, akan tetapi apa yang saya pikirkan itu yang saya tuangkan.

Jadi begini, menurut saya tidak selamanya lebih cepat itu lebih baik. Dan tentu tidak buruk juga. Itu tergantung dari faktor-faktor yang lainnya juga. Secara sederhana, tanpa pandangan yang lebih spesifik, selintas kata-kata lebih cepat lebih baik itu ada benarnya juga. Siapa sih yang gak mau kalau mengerjakan tugas itu lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya? Siapa sih yang mau menunggu orang lain mengerjakan apa yang belum selesai ia kerjakan sementara kita sudah menyelesaikannya?

Namun setelah dipikirkan, lebih cepat lebih baik itu tidak semudah kata-kata. Faktor kecermatan, hasil, keterdesakkan, dan kebutuhan juga menjadi faktornya. Sekali lagi apa yang saya sampaikan ini subjektif ya. Bagaimana kalau diambil contohnya saja. Begini:

Ada seorang mahasiswa yang tiba-tiba secara tak terduga diberi 4 tugas sekaligus pada hari yang sama dan esoknya ia harus mengumpulkan keempat tugas itu juga tidak boleh terlambat. Lalu apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa itu. Ya tidak lain adalah lebih cepat mengerjakan tugas itu lebih baik bukan?

Dan kasus seperti ini:

Seorang murid SMP diberi tugas oleh gurunya untuk mengerjakan sebuah karya tulis. Ia diberi waktu 1 bulan untuk mengerjakannya. Gurunya berkata bahwa karya tulis yang paling baik akan mendapatkan nilai yang baik pula (tentunya...). Pada saat itu, teman-temannya hanya dalam waktu 1 minggu sudah mengumpulkan karya tulisnya masing-masing. Mereka begitu cepat melakukannya karena hanya mencari datanya lewat search di google. Selain itu, susunan karya tulis yang mereka buat tidak memenuhi standar sebuah karya tulis. Penempatan tujuan, latar belakang, daftar pustaka, latar belakang, nomor halaman, dan sebagainya disusun tidak teratur. Karena itu, seorang murid SMP tadi tidak mengikuti apa yang banyak teman-temannya lakukan. Gurunya memberi waktu 1 bulan, nah ia mempergunakan waktu itu dengan baik. Ia mencari data dengan melakukan percobaan sendiri, merekam bukti melakukan percobaan, mencari referensi dari sumber terpercaya mengenai susunan karya tulis yang baik, dan sebagainya. Dan ternyata, sesuai usaha pula, tentunya yang mengerjakan karya tulis lebih lama ini justru mendapatkan nilai yang lebih baik dibandingkan teman-temannya.

Di sini terlihat bahwa waktu yang diberikan, kecermatan, hasil yang didapat, pertimbangan keselamatan, adalah beberapa faktor yang juga menjadi penentu. Buat apa kalau kita lebih cepat padahal orang-orang disekitar tidak mendesak kita untuk berpikir cepat? Dan buat apa cepat kalau ternyata hasilnya buruk karena kurang cermat dan teliti?

Namun bagaimana pun juga kecepatan itu juga hal yang pasti dilakukan. Apalagi kecepatan dengan hasil yang memuaskan, itu baik sekali.

Mmm..ga tau juga yah, sekarang jam menunjukkan pukul 12 malam, malam Jumat lagi, huhu, yang lain udah pada tidur. Ini blog, makin lama makin jarang postingan yang baru ..hehehe. Gini aja, daripada ribet nyari bahan untuk postingan, mending nulis apa kek yang saya tahu.

Begini, ceritanya berhubungan dengan luar angkasa. Mungkin sudah banyak yang tahu mengenai kebohongan tentang Apollo 11 yang mendarat di bulan. Ini berita sudah lama sih, tapi disini saya coba ulangi lagi.

Ada yang menuding : Apollo 11 tidak mendarat di bulan melainkan di Timur Tengah yang keadaan alamnya mirip dengan di bulan yang tandus dan berpasir. Nah, itulah yang menyebabkan kabar burung mengenai Neil Armstrong yang mendengar suara adzan saat mendarat. Versi lainnya Apollo mendarat di sebuah Studio Hollywood, jadi hanya rekayasa saja.

Jawaban NASA: Sebelumnya NASA pernah meluncurkan pesawat ulang alik tak berawak ke bulan. Di sana terlihat tentang gambaran keadaan bulan. Pasir dan batuan bulan tentu saja tidak sama dengan yang ada di bumi khususnya Timur Tengah.

Tudingan lagi: Jejak kaki astronot yang ditinggalkan di bulan adalah palsu. Tanpa uap yang lembab, atmosfir, atau gaya gravitasi yang kuat tak mungkin hal itu bisa terjadi. Jejak kaki itu hanya bisa terjadi dari pasir yang basah.

Jawaban NASA: Sifat debu adalah menempel. Jika para astronot itu menjejakkan kaki di sana, sudah tentu debu-debu itu akan menempel di telapak sepatunya dan meninggalkan jejak di tempat yang ia injak. Para astronot menggambarkannya seperti bedak talek.

Masih banyak sih tudingan-tudingan yang lainnya. Dan itu bisa dijawab oleh NASA.

O iya, ada lagi yang saya tahu. Kalau saya sedang mencoba membuat sebuah website, hehehe. Masih butuh beberapa hal sih, dana untuk membeli domain dan hostingnya, kemudian membuatnya itu sendiri yang sulit. Sudah tak coba, dan sudah ada beberapa artikel dan konsepnya. Cuma masih ada pengaturan tampilan yang belum dimengerti bagaimana untuk mengubahnya. Makanya saya jarang ngepost di blog ya karena ini, hahaha.

Yaudah sekian dulu sudah malam, namun belum ngantuk soalnya siangnya kebanyakan tidur.

Selamat Datang Di Dunia Arfianhero

Translate

Label

Followers

Lebih Cepat Lebih Baik? 4

Jakarta International City

INDONESIA NEGARAKU

Arsip Blog

ShoutBox